Senin, 11 Juni 2012

MAKALAH FILSAFAT


KRITISISME




Resume ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Filsafat
Dosen Pengampu : Zainul Abbas, M.Ag.

Disusun Oleh :
1. Novita Tri Jayanti    (111221023)
2. Novyana Trisnawati (111221024)
3. Nurdiansyah             (111221025)
4. Partini                       (111221026)

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Bimbingan Konseling Islam
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
2012


KATA PENGANTAR


Puji syukur dipanjatkan kepada Allah swt atas limpahan rakhmad dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan penulisannya. Makalah yang berjudul “Filsafat Modern Kritiscisme” ini membahas tentang bagaimana latar belakang munculnya pemikiran kritiscisme.
Kritisisme ini bisa dikatakan aliran yang memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan empirisme.
Penulis menyadari pastilah banyak kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan didalam makalah ini, untuk itu masukan dan saran-saran perbaikan sangat penulis harapkan dengan senang hati.










           

Surakarta, 12 April 2012

                                                                                    Penulis










PENDAHULUAN

            Pendirian aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut. Tokoh utama Kritisisme adalah Immanuel Kant.
            Immanuel Kant (1724-1804 M) seorang filsuf modern yang paling berpengaruh, berusaha menyelesaikan atas pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan Kritisisme (aliran yang kritis). Pemikirannya yang analisis dan tajam memasang patok-patok yang mau tidak mau menjadi acuan segenap pemikiran filosofis kemudian,terutama dalam bidang epistemologi.
            Demikian pendahuluan mengenai resume ini. Bagaimana kritisisme ini memiliki ciri-ciri, definisi, dan pemikirannya, berikut kita bahas lebih lanjut.






















PEMBAHASAN



1.  Munculnya Pemikiran Kritisisme
            Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh Imanuel Kant seorang filosof kebangsaan Jerman (1724-1804). Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme.
            Kritisisme ini bisa dikatakan aliran yang memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan empirisme. Menurut aliran ini, baik rasionalisme maupun empirisme keduanya berat sebelah. Pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-unsur apriori (terlepas dari pengalaman) dengan unsur-unsur aposteriori (berasal dari pengalaman).

2. Riwayat hidup Immanuel Kant sang pelopor kritisisme
            Immanuel Kant adalah seorang filosof yang muncul dalam pentas pemikiran filosofis zaman Aufklarung Jerman menjelang akhir abad 18. Ia lahir di Prussia Timur, pada tanggal 22 April 1724. Pada usia 8 tahun Kant memulai pendidikan formalnya di Collegium Fridericianum, sekolah yang berlandaskan semangat Peitisme.

3. Ciri – ciri Kritisisme
Ciri-ciri kritisisme sebagai berikut.
a. Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjekdan bukan pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
 hakikat sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
c. Menjelaskan bahwa pngenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara     peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi
Dalam kritik atas Rasio Murni, I. Kant membedakan tiga macam pengetahuan :
a)  Pengetahuan analitis : predikat sudah termuat dalam subjek.Predikat diketahui melalui suatu analisis subjek. Misal, lingkaran itu bulat.
b) Pengetahuan sintetis a posteriori : predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi. Misal, kalimat “Hari ini sudah hujan”,merupakan suatu hasil observasi indrawi “sesudah”observasi saya, saya bisa mengatakan bahwa S adalah P.
c) Pengenalan sintesis a priori : akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, ilmu pesawat, ilmu alam bersifat sintetis apriori. Kalau saya tahu bahwa 10 + 5 = 15 memang terjadi sesuatu yang sangat istimewa. (Abbas Hamami,1982)

v  Syarat-syarat dasar bagi segala ilmu pengetahuan :
1. Bersifat umum dan mutlak
2. Memberi pengetahuan yang baru

Fenomenalisme Ajaran Kant :
·         Sebab-akibat tidak dapat dialami
Jika dalam memperoleh pengetahuan kita menembus pengalaman, maka jelaslah, dari suatu segi pengetahuan hal itu tidak diperoleh melalui pengalaman, melainkan ditambahkan pada pengalaman, sebagai contoh sebuah pernyataan “kuman typus menyebabkan demam tipus” bagaimana kita dapat mengetahui keadaan yang mempunyai hubungan sebab-akibat ini? Pasti jawabannya adalah setelah diselidiki oleh para ahli bahwa orang yang menderita tipus pasti terrdapat kuman tipus dan bila tidak terdapat kuman itu maka orang itu tidak akan menderita tipus. Karena, seseorang pembawa kuman tipus pasti mengandung kuman tipus, namun mungkin dia tidak menderita demam tersebut.
·         Bentuk-bentuk pengetahuan
Pengetahuan terjadi bila akal menghubungkan. Hubungan ialah suatu cara yang dipakai oleh akal untuk mengetahui suatu kejadian; hubungan itu tidak dialami. Hubungan adalah bentuk pengalaman kita, dan bukan isi pengetahuan.
·         Bentuk-bentuk A priori
Akal mempunyai bentuk-bentuk untuk mengalami, memahami, serta berpikir dan pengetahuan selalu terdapat dalam bentuk-bentuk ini.
·         Macam-macam pengetahuan
1.      yang analitis apriori
2.      yang sintetis apriori
3.      yang analitis aposteriori
4.      yang sintetis aposteriori
Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman atau yang ada sebelum pengalaman. Sedangkan pengetahuan a posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman. Pengetahuan yang analitis merupakan hasil analisa dan pengetahuan sintetis merupakan hasil keadaan yang mempersatukan dua hal yang biasanya terpisah .
Pengetahuan yang analitis a priori adalah pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a priori. Pengetahuan sintetis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misal, 7 – 2 = 5 merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Pengetahuan sintetis a posteriori diperoleh setelah adanya pengalaman.
Kant mencoba mengatasi pertikaian antara rasionalisme dan empirisme. Dia mengatakan bahwa masing-masing aliran itu memiliki kedaulatan, tetapi jika diberikan kedaulatan, masing-masing juga menemui kesulitannya sendiri-sendiri.
Cara-cara mempromosikan antara kedaulatan akal budi dengan pengalaman adalah  sebagai berikut.
Bagaimanapun, fungsi akal adalah yang pertama dan utama, namun akal harus mengakui persoalan-persoalan yang ada di luar jangkauannya. Pada waktu akal tidak mampu meraih pengetahuan anak mampu meraih pengetahuan, disinilah batas-batas dimana ketentuan-ketentuan akal itu tidak berlaku lagi dan sejak itulah fungsi pengalaman tampil sebagai suatu cara pencapaian pengetahuan”
4. Tuntutan budi praktis
Tiap-tiap orang sadar, bahwa ia harus memenuhi kewajibanya, pada kata hatinya yang mengatakan, bahwa memerintahkan : Engkau harus !. Keharusan itu adalah pada budi. Sebaliknya pada manusia ada nafsu bermacam-macam coraknya. Keharusan yang merupakan perintah itu tidaklah berdasarkan atas keperluan manusia masing-masing. Dasar keharusan ini bukanlah misalnya karena merasa, bahwa yang harus dilakukan itu menyenangkan, atau yang baik baginya saja. Sebab jika ini menjadi pedoman dan ukuran tindakan manusia dalam susila, maka kesusilaan itu akan merupakan sesuatu yang subyektif belaka dan tak dapat berlaku bagi semua dan tiap-tiap manusia.
Sebab itu pedoman dan ukuran kesusilaan ialah : berbuatlah demikian, sehingga pedoman atau dasar tingkah laku itu berlaku bagi seluruh manusia. Manusia pada umumnya yang menjadi pedoman dan ukuran tingkah laku, bukan individu.
Barang siapa mempergunakan pedoman ini bagi tingkah lakunya, maka susila ia. Hormat pada hukum susila ialah hormat pada hukum dan derajat manusia. Bertindak menurut kesadarannya akan kewajibannya itulah baik.
Kesadaran akan kewajiban ini menurut Kant menuntut tiga hal yaitu : Kemerdekaan (kehendak), ketidak-matian jiwa dan Tuhan. Kalau sekiranya tak ada kemerdekaan kehendak, demikianlah Kant, maka tindakan itu hanya merupakan keharusan (paksaan) semata-mata, dan lenyaplah kesusilaan. Kesusilaan berdasarkan kemerdekaan dalam pilihan.
            Jika sekiranya tidak ada ketidak-matian. Sebab di dunia yang fana ini susila dan senang itu tidak selalu merupakan hal yang bersama-sama adanya. Hasil kesusilaan ini harusnya dapat dirasakan pada dunia yang tak fana. Maka dari itu harusnya jiwa itu tak kena mati. Ketidak-matian jiwa ini menuntut adanya Tuhan. Sebab hanya Tuhanlah yang dapat memberi upah yang benar layak kepada manusia yang berbuat baik, ini merupakan tuntutan dari budi praktis.




PENUTUP


Kesimpulan
Dalam usaha memperoleh ilmu pengetahuan manusia hendaknya tidak bersifat sepihak (Rasionalis atau Empiris) menurut Immanuel Kant seorang filosof kebangsaan Jerman (1724-1804) keduanya dapat digabungkan sesuai dengan keperluan.
Kritik yang dilayangkan oleh kant melahirkan suatu arah baru dalam pemikiran filsafat dan sangat mempengaruhi semua aliran-aliran yang mengikuti Kant. Aliran-aliran yang satu sama lain saling bertentangan berpangkal pada ajarannya.






















DAFTAR PUSTAKA


Suhartono,Suparlan.2009.Dasar-Dasar Filsafat, Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Susanto,A.2011.Filsafat Ilmu.Jakarta :Bumi Aksara
Prof.Poedjawijatna. 2002. Pembimbing Kearah Alam Filsafat. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Kattsoff. Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogja.
Drs.Surajiyo. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : PT Bumi Aksara.