KRITISISME
Resume
ini Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Filsafat
Dosen Pengampu : Zainul Abbas, M.Ag.
Disusun Oleh :
1.
Novita Tri Jayanti (111221023)
2.
Novyana Trisnawati (111221024)
3.
Nurdiansyah (111221025)
4.
Partini (111221026)
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Bimbingan Konseling Islam
Institut
Agama Islam Negeri Surakarta
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan
kepada Allah swt atas limpahan rakhmad dan karunia-Nya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan penulisannya. Makalah yang berjudul “Filsafat Modern
Kritiscisme” ini membahas tentang bagaimana latar belakang munculnya pemikiran
kritiscisme.
Kritisisme ini bisa
dikatakan aliran yang memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan empirisme.
Penulis menyadari
pastilah banyak kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan didalam makalah
ini, untuk itu masukan dan saran-saran perbaikan sangat penulis harapkan dengan
senang hati.
Surakarta, 12 April 2012
Penulis
PENDAHULUAN
Pendirian aliran rasionalisme dan
empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio
merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme berpendirian
sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut. Tokoh utama Kritisisme
adalah Immanuel Kant.
Immanuel Kant (1724-1804 M) seorang
filsuf modern yang paling berpengaruh, berusaha menyelesaikan atas pertikaian
itu dengan filsafatnya yang dinamakan Kritisisme (aliran yang kritis).
Pemikirannya yang analisis dan tajam memasang patok-patok yang mau tidak mau
menjadi acuan segenap pemikiran filosofis kemudian,terutama dalam bidang
epistemologi.
Demikian pendahuluan mengenai resume
ini. Bagaimana kritisisme ini memiliki ciri-ciri, definisi, dan pemikirannya,
berikut kita bahas lebih lanjut.
PEMBAHASAN
1. Munculnya Pemikiran Kritisisme
Filsafat
yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh Imanuel
Kant seorang filosof kebangsaan Jerman (1724-1804). Kant mengadakan penelitian
yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu
pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat
sepihak empirisme.
Kritisisme
ini bisa dikatakan aliran yang memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan
empirisme. Menurut aliran ini, baik rasionalisme maupun empirisme keduanya
berat sebelah. Pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-unsur apriori
(terlepas dari pengalaman) dengan unsur-unsur aposteriori (berasal dari
pengalaman).
2. Riwayat hidup Immanuel Kant sang
pelopor kritisisme
Immanuel Kant adalah seorang filosof yang muncul
dalam pentas pemikiran filosofis zaman Aufklarung Jerman menjelang akhir abad
18. Ia lahir di Prussia Timur, pada tanggal 22 April 1724. Pada usia 8 tahun
Kant memulai pendidikan formalnya di Collegium Fridericianum, sekolah yang
berlandaskan semangat Peitisme.
3. Ciri – ciri Kritisisme
Ciri-ciri kritisisme
sebagai berikut.
a. Menganggap objek pengenalan itu
berpusat pada subjekdan bukan pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat
sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
c. Menjelaskan bahwa pngenalan manusia
atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang
berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori
yang berasal dari pengalaman yang berupa materi
Dalam kritik atas Rasio
Murni, I. Kant membedakan tiga macam pengetahuan :
a)
Pengetahuan analitis : predikat sudah termuat dalam subjek.Predikat
diketahui melalui suatu analisis subjek. Misal, lingkaran itu bulat.
b) Pengetahuan sintetis a posteriori : predikat
dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi. Misal, kalimat “Hari
ini sudah hujan”,merupakan suatu hasil observasi indrawi “sesudah”observasi
saya, saya bisa mengatakan bahwa S adalah P.
c) Pengenalan sintesis a priori : akal budi dan
pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, ilmu pesawat, ilmu alam
bersifat sintetis apriori. Kalau saya tahu bahwa 10 + 5 = 15 memang terjadi
sesuatu yang sangat istimewa. (Abbas Hamami,1982)
v Syarat-syarat
dasar bagi segala ilmu pengetahuan :
1.
Bersifat umum dan mutlak
2.
Memberi pengetahuan yang baru
Fenomenalisme Ajaran
Kant :
·
Sebab-akibat tidak dapat dialami
Jika dalam memperoleh pengetahuan kita
menembus pengalaman, maka jelaslah, dari suatu segi pengetahuan hal itu tidak
diperoleh melalui pengalaman, melainkan ditambahkan pada pengalaman, sebagai
contoh sebuah pernyataan “kuman typus menyebabkan demam tipus” bagaimana kita
dapat mengetahui keadaan yang mempunyai hubungan sebab-akibat ini? Pasti
jawabannya adalah setelah diselidiki oleh para ahli bahwa orang yang menderita
tipus pasti terrdapat kuman tipus dan bila tidak terdapat kuman itu maka orang
itu tidak akan menderita tipus. Karena, seseorang pembawa kuman tipus pasti
mengandung kuman tipus, namun mungkin dia tidak menderita demam tersebut.
·
Bentuk-bentuk pengetahuan
Pengetahuan terjadi bila akal
menghubungkan. Hubungan ialah suatu cara yang dipakai oleh akal untuk
mengetahui suatu kejadian; hubungan itu tidak dialami. Hubungan adalah bentuk
pengalaman kita, dan bukan isi pengetahuan.
·
Bentuk-bentuk A priori
Akal mempunyai bentuk-bentuk untuk
mengalami, memahami, serta berpikir dan pengetahuan selalu terdapat dalam
bentuk-bentuk ini.
·
Macam-macam pengetahuan
1. yang
analitis apriori
2. yang
sintetis apriori
3. yang
analitis aposteriori
4. yang
sintetis aposteriori
Pengetahuan
a priori adalah pengetahuan yang tidak tergantung pada
adanya pengalaman atau yang ada sebelum pengalaman. Sedangkan pengetahuan a posteriori terjadi sebagai
akibat pengalaman. Pengetahuan yang
analitis merupakan hasil analisa dan pengetahuan
sintetis merupakan hasil keadaan yang mempersatukan dua hal yang biasanya
terpisah .
Pengetahuan yang analitis a priori adalah pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a priori. Pengetahuan sintetis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misal, 7 – 2 = 5 merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Pengetahuan sintetis a posteriori diperoleh setelah adanya pengalaman.
Pengetahuan yang analitis a priori adalah pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a priori. Pengetahuan sintetis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misal, 7 – 2 = 5 merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Pengetahuan sintetis a posteriori diperoleh setelah adanya pengalaman.
Kant mencoba mengatasi
pertikaian antara rasionalisme dan empirisme. Dia mengatakan bahwa
masing-masing aliran itu memiliki kedaulatan, tetapi jika diberikan kedaulatan,
masing-masing juga menemui kesulitannya sendiri-sendiri.
Cara-cara mempromosikan
antara kedaulatan akal budi dengan pengalaman adalah sebagai berikut.
“Bagaimanapun, fungsi akal adalah
yang pertama dan utama, namun akal harus mengakui persoalan-persoalan yang ada
di luar jangkauannya. Pada waktu akal tidak mampu meraih pengetahuan anak mampu
meraih pengetahuan, disinilah batas-batas dimana ketentuan-ketentuan akal itu
tidak berlaku lagi dan sejak itulah fungsi pengalaman tampil sebagai suatu cara
pencapaian pengetahuan”
4. Tuntutan budi praktis
Tiap-tiap orang sadar,
bahwa ia harus memenuhi kewajibanya, pada kata hatinya yang mengatakan, bahwa
memerintahkan : Engkau harus !. Keharusan itu adalah pada budi. Sebaliknya pada
manusia ada nafsu bermacam-macam coraknya. Keharusan yang merupakan perintah
itu tidaklah berdasarkan atas keperluan manusia masing-masing. Dasar keharusan
ini bukanlah misalnya karena merasa, bahwa yang harus dilakukan itu
menyenangkan, atau yang baik baginya saja. Sebab jika ini menjadi pedoman dan
ukuran tindakan manusia dalam susila, maka kesusilaan itu akan merupakan
sesuatu yang subyektif belaka dan tak dapat berlaku bagi semua dan tiap-tiap
manusia.
Sebab itu pedoman dan
ukuran kesusilaan ialah : berbuatlah demikian, sehingga pedoman atau dasar
tingkah laku itu berlaku bagi seluruh manusia. Manusia pada umumnya yang
menjadi pedoman dan ukuran tingkah laku, bukan individu.
Barang siapa
mempergunakan pedoman ini bagi tingkah lakunya, maka susila ia. Hormat pada
hukum susila ialah hormat pada hukum dan derajat manusia. Bertindak menurut
kesadarannya akan kewajibannya itulah baik.
Kesadaran akan
kewajiban ini menurut Kant menuntut tiga hal yaitu : Kemerdekaan (kehendak),
ketidak-matian jiwa dan Tuhan. Kalau sekiranya tak ada kemerdekaan kehendak,
demikianlah Kant, maka tindakan itu hanya merupakan keharusan (paksaan)
semata-mata, dan lenyaplah kesusilaan. Kesusilaan berdasarkan kemerdekaan dalam
pilihan.
Jika
sekiranya tidak ada ketidak-matian. Sebab di dunia yang fana ini susila dan
senang itu tidak selalu merupakan hal yang bersama-sama adanya. Hasil
kesusilaan ini harusnya dapat dirasakan pada dunia yang tak fana. Maka dari itu
harusnya jiwa itu tak kena mati. Ketidak-matian jiwa ini menuntut adanya Tuhan.
Sebab hanya Tuhanlah yang dapat memberi upah yang benar layak kepada manusia
yang berbuat baik, ini merupakan tuntutan dari budi praktis.
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
usaha memperoleh ilmu pengetahuan manusia hendaknya tidak bersifat sepihak
(Rasionalis atau Empiris) menurut Immanuel Kant seorang filosof kebangsaan
Jerman (1724-1804) keduanya dapat digabungkan sesuai dengan keperluan.
Kritik
yang dilayangkan oleh kant melahirkan suatu arah baru dalam pemikiran filsafat
dan sangat mempengaruhi semua aliran-aliran yang mengikuti Kant. Aliran-aliran
yang satu sama lain saling bertentangan berpangkal pada ajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suhartono,Suparlan.2009.Dasar-Dasar Filsafat,
Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Susanto,A.2011.Filsafat
Ilmu.Jakarta :Bumi Aksara
Prof.Poedjawijatna.
2002. Pembimbing Kearah Alam Filsafat. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Kattsoff.
Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogja.
Drs.Surajiyo.
2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Give your comment!!!!^_^