MAKALAH
Kenakalan Remaja : Aborsi dianggap Solusi
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi semester 3
Dosen Pengampu : Hj.
Kamila Adnani,
M.Si
Oleh :
PARTINI
11.12.2.1.026
JURUSAN
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT
AGAM ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat
terjadi sehingga kadang kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan
tersebut. Perubahan tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dalam
berbagai bidang kian canggih dan kian cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga
terkena imbasnya. Dalam segala bidang, manusia terus menerus mengalami
perubahan karena ilmu pengetahuan terus berkembang sehingga cakrawala berpikir
kita makin hari makin maju.
Namun sebaliknya, imbas dari perkembangan zaman itu sendiri
tidak hanya bergerak ke arah positif, tetapi juga menawarkan sisi negatifnya
kepada umat manusia karena sebenarnya perkembangan teknologi tersebut seperti
pedang bermata dua. Hanya tinggal kita yang diberi akal oleh Allah swt. ini
memilih, mau ke arah yang benar atau salah demi mewujudkan keinginan kita.
Semakin meningkatnya teknologi membuat pergaulan juga semakin
berkembang, tidak hanya sekedar bertemu tetapi melalui media komunikasipun
sekarang sangat mungkin dilakukan terutama untuk para remaja. Salszman
mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah
kemandirian (independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai
estetika dan isu-isu moral.[1] Dengan demikian remaja merupakan masa
peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan sehingga mudah menerima
perubahan-perubahan baru.
Salah satu contohnya adalah remaja yang melakukan aborsi.
Bagaimana hal ini bisa berhubungan dengan kemajuan teknologi? tentu ada, remaja
yang melakukan aborsi adalah korban dari meningkatnya teknologi. Remaja bisa
terjerumus ke dalam pergaulan bebas hanya gara-gara media internet yang mereka
akses, bagaimana ini bisa terjadi? semua terjadi karena rasa keingintahuan
mereka tentang hal-hal baru, terutama mereka yang penasaran dengan situs-situs dewasa yang seharusnya tidak
mereka konsumsi. Akibatnya mereka
mempraktikannya, contohnya seks bebas hingga akhirnya menyebabkan hamil di luar
ikatan pernikahan. Apabila telah terjadi seperti ini tentu seorang remaja tanpa
berpikir panjang langsung mengambil keputusan untuk aborsi, karena tidak dapat
mereka sangkal bahwasannya mereka belum siap secara mental untuk memiliki
momongan, ironinya hal ini mereka anggap sebagai “solusi”. Dan peristiwa ini
banyak terjadi pada remaja-remaja kita.
Sangat disayangkan seorang remaja yang harusnya bisa menjadi
penompang masa depan yang gemilang tetapi mereka justru terjerumus kepada
hal-hal negatif karena rasa keingintahuan mereka yang belum bisa terkendali.
Jadi, harusnya sebagai seorang remaja yang pada hakikatnya mereka sedang dalam
masa peralihan, mereka harus mempersiapkan dengan baik apa yang akan mereka
capai pada fase berikutnya yaitu dewasa. Apabila dalam masa remaja mereka sudah
mampu memilih hidup secara bijaksana maka pada fase dewasa nanti hidupnya akan
berjalan dengan bijaksana pula, begitu pula sebaliknya.
B. Rumusan Masalah
1.
Konflik apa yang menyebabkan aborsi dianggap sebagai solusi oleh remaja?
2.
Bagaimana minat remaja pada seks?
3.
Apakah pengertian dari aborsi akibatnya secara psikologi?
4.
Apa pemecahan masalah (problem
solving) terhadap anggapan aborsi sebagai solusi?
C. Tujuan
a)
Memahami akibat dan bahaya aborsi bagi remaja
b)
Mengetahui pemecahan masalah “aborsi dianggap solusi”
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori
Konflik
Penulis
mengangkat sebuah tema “Aborsi dianggap Solusi” yang diangkat dari sebuah kisah
nyata sepasang kekasih yang berinisial CL (perempuan) dengan DR (laki-laki).
Mereka adalah siswa SMK kelas IX, salah satu SMK di kabupaten Wonogiri. Konflik
ini berawal dari CL dan DR yang menjadi sepasang kekasih dan telah melakukan
hubungan seks hingga mengakibatkan CL hamil. DR mengetahui CL hamil saat
kandungannya menginjak usia 6 bulan. Sontak DR panik, hingga yang terlintas
dalam pikirannya adalah aborsi, selain itu DR juga harus memutar otak untuk
berpikir bagaimana bisa mendapatkan uang untuk biaya aborsi. Hingga akhirnya
tanpa berpikir panjang DR menelfon orangtuanya yang merantau ke Jakarta meminta
uang dengan dalih butuh uang sebesar Rp 12.000.000,00 dengan alasan terjadi
kecelakaan ia menabrak seseorang dan harus dioperasi. Tentu saja orangtua DR
kaget dan segera mentrasferkan uang sejumlah permintaan DR. Dia juga cari tau
dimana rumah sakit yang mau membantu niat aborsi untuk CL.
Akhirnya DR
membawa CL ke rumah sakit X untuk melakukan aborsi, dan niat itu berjalan
lancar. DR menyembunyikan kenyataan ini dari semua orang termasuk keluarganya,
begitu pula keluarga CL. Kejadian ini akhirnya diketahui keluarga DR saat
orangtua DR merasa bersalah kepada korban kecelakaan yang menjadi rekayasa DR
dan ingin menjenguknya, sontak DR menolak tetapi orangtuanya memaksa sehingga
mau tidak mau DR akhirnya mengatakan yang sejujur-jujurnya dan itu membuat
kelurganya shock berat. Lalu
terjadilah pertemuan antara orangtua DR dan CL, yang inti dari pertemuan itu
adalah orangtua CL tidak rela anaknya diperlakukan seperti itu, akhirnya
diambil keputusan bahwa mereka berdua harus menikah, akan tetapi yang menjadi
masalah adalah orang tua mereka sepakat anak mereka dinikahkan setelah selesai
sekolah karena mereka sedang di kelas IX
jadi tidak mungkin jika melakukan pernikahan. Kemudian karena takut dikeluarkan
dari sekolah karena kasus ini, mereka menyuap sekolah tersebut agar tidak
membahas masalah ini dimuka umum atau disidangkan di sekolah, intinya agar
mereka dapat bersekolah hingga lulus SMK nanti.
Dari konflik di atas dapat kita cari
untuk pemecahan masalahnya antara lain : (a) Bagaimana peran orangtua hingga
anak dapat berbuat demikian? (b) Apa sikap sekolah dalam menangani siswanya
yang demikian, benarkah dengan menerima suap dapat menyelesaikan masalah siswa?
(c) Apa yang seharusnya dilakukan si anak yang terjerumus pada kasus aborsi?
B. Minat
Remaja pada Seks
Dalam perjalanan hidup, ada yang disebut dengan
“Tahap-tahap pembentukan kehidupan baru”. Dalam hal ini terdapat empat (4)
tahap pembentukan kehidupan baru yakni : (1) masa pacaran, (2) masa pernikahan,
(3) kehamilan, (4) melahirkan bayi.[2]
Yang dimaksud dengan pacaran (dating) ialah kehidupan pasangan antardua individu yang berbeda
jenis kelamin yang menjamin hubungan asmara. Dalam pandangan teori segitiga
cinta yang dikemukakan oleh Robert Sternberg (dalam Papalia, dkk, 1998), jenis
cinta dalam masa pacaran ini didasari oleh unsur nafsu atau pasi (passion) dan intimasi (intimacy).
Menurut Lauer dan Lauer (2000) ada 5 (lima) fungsi pacaran
bagi pasangan kekasih berusia remaja yaitu :
1)
Berusaha saling
memahami kepribadian, sifat-sifat dan keinginan pasangan dalam konteks social (social-ization).
2)
Berusaha mencari
kecocokan (kesepakatan) pemikiran, pendapat, kehendak maupun cita-cita sebelum
menikah (recreation).
3)
Persiapan memilih
jodoh untuk memasuki masa pernikahan (mate
selection).
4)
Teman bicara yang
memiliki hubungan istimewa, akrab dan lebih dekat secara emosional (intimacy and companionship).
5)
Perwujudan sebuah
kemampuan prestasi seseorang dalam mencari teman lawan jenis.[3]
Apabila hubungan pacaran dapat berfungsi
secara baik maka akan menghasilkan hubungan yang baik pula, begitu pula
sebaliknya. Apabila hubungan pacaran ini
tidak sehat maka akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, misalnya
berhubungan seks. Secara psikologi minat pada seks akan meningkat siring
bertambahnya usia, terutama pada usia sekolah menengah.
Ada beberapa faktor pada remaja yang
menyebabkan peningkatan minat pada seks seiring bertambahnya usia, antara lain[4] :
§ Tekanan teman sebaya
Merupakan suatu hal yang lumrah untuk mengobrol tentang
seks sebagaimana halnya tentang tiap topik lain yang tabu - bila sedang
berkumpul dengan anggota gang, jauh
dari telinga orang dewasa.
§ Media massa
Semua bentuk media massa menyuguhkan gambar dan informasi
tentang seks yang meningkatkan minat remaja, misalnya pertunjukkan film atau
televisi “untuk tujuh belas tahun ke atas”
§ Kejadian dalam kehidupan sehari-hari
Saat kelahiran bayi dalam keluarga atau di lingkungan
tetangga, membesarnya tubuh wanita selam kehamilan dan begitu seterusnya, semua
ikut memperbesar minat pada seks.
§ Tekanan orangtua dan sekolah
Orangtua ang kadang bercerita tentang “fakta-fakta
kehidupan” dan tidak boleh menceritakannya pada siapapun akan membuat anak
tertarik pada segi kehidupan yang “misterius” dan pendidikan seks di sekolah
yang masuk pada mata pelajaran tertentu juga ikut andil memperbesar minat seks
pada remaja.
C. Aborsi
a.
Pengertian Aborsi
Aborsi (abortus) atau pengguguran kandungan dimaksudkan sebagai tindakan
untuk mengakhiri kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, aborsi selalu merujuk kepada penghentian atau pembunuhan janin
yang belum lahir.[5]
Aborsi yang
disengaja terbagi ke dalam dua macam :
a) Abortus artificialis therapicus, yakni aborsi dilakukan oleh dokter ahli atas dasar
pertimbangan medis, misalnya jika tidak
dilakukan aborsi akan membahayakan ibu.
b)
Abortus provocatus criminalis, yaitu aborsi yang dilakukan tanpa adanya
dasar indikasi medis, misalnya meniadakan hasil “hubungan gelap” atau kehamilan
yang tidak dikehendaki.
b.
Akibat Aborsi
(Abortus provocatus criminalis)
secara psikologi
Proses
aborsi bukan saja proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia
psikologi sebagai “Post-Abortion
Syndrome”(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After
Abortion” di dalam penerbitan The
Post-Abortion Review (1994).
Pada
dasarnya, seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal sebagai
berikut[6]
:
1.
Kehilangan harga diri
2.
Berteriak-teriak histeris
3.
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
4.
Ingin melakukan bunuh diri
5.
Mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang
6.
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Di
luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
D. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam
menangani masalah tentang remaja yang menganggap aborsi sebagai solusi, konselor
dapat memberikan saran antara lain sebagai berikut :
Ø
Remaja yang bersangkutan
Sebaiknya
sebagai remaja harus benar-benar menjaga diri, menjaga dari perbuatan yang
benar-benar dilarang oleh agama, dilarang oleh masyarakat dan dilarang oleh
negara. Salah satunya adalah perbuatan zina. Sebagaimana firman Allah swt. dlm
QS.Al-Israa’ ayat 32 :
wur (#qç/tø)s? #oTÌh9$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. Zpt±Ås»sù uä!$yur WxÎ6y ÇÌËÈ
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang
buruk”.(QS. Al-Israa’ : 32)
Dalam
ayat di atas dijelaskan bahwa Allah swt. melarang untuk mendekati zina,
mendekati saja dilarang apalagi melakukan zina. Apabila remaja telah pernah
melakukan zina, maka harus segera bertaubat dan menghentikan zina tadi,
mengingat betapa besar akibat yang ditimbulkan selain mungkin dapat hamil di
luar nikah tetapi dapat juga merujuk pada perbuatan aborsi dan itu jelas
pembunuhan yang benar-benar dilarang oleh agama.
Remaja
menganggap bahwa melakukan aborsi adalah sebuah solusi karena mereka sedang dalam
kondisi penuh tekanan, disamping dia masih bersekolah, ia juga belum siap
secara mental untuk hidup berumah tangga, selain itu ia juga harus
menyembunyikan aib yang hamil di luar ikatan pernikahan tersebut. Jadi apabila
keimanan seseorang itu semakin kuat maka akan semakin kecil risiko remaja untuk
berbuat zina.
Ø
Orangtua
Sebagai
orangtua seharusnya menjadi tokoh yang paling tahu tentang si anak, paling tahu
tentang apa saja yang dikerjakan si anak, dan bagaimana tingkah laku anak
sehari-hari. Walau tidak harus di awasi setiap hari, tetapi perlu pemantauan.
Apabila telah terjadi aborsi, peran orangtua adalah sebagai motivator bagi anak
agar tidak terlarut pada aib yang ia lakukan, serta menjadi pengawas yang lebih
bijaksana lagi dari sebelumnya agar tidak terjadi hal serupa dikemudian hari.
Peran
keluarga sangat penting dalam perkembangan remaja dalam mempersiapkan
kedewasaannya, antara lain[7]
:
a.
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan remaja akan keakraban
dan kehangatan yang memang perlu baginya.
b.
Keluarga dapat memupuk kepercayaan diri anak dan perasaan
aman untuk dapat berdiri dan bergaul dengan oeang lain.
c.
Supaya remaja dapat belajar berdiri-sendiri baik fisik
maupun spirituil dalam arti dapat bertindak sendiri, ia harus mengalami proses
ini secara bertahap.
Ø
Sekolah
Peran
sekolah adalah menjadi orangtua kedua setelah orangtua kandung kita, mereka
juga sama-sama mendidik kita ke dalam budi pekerti yang baik, tetapi apabila
dalam suatu sekolah terdapat murid yang melakukan aborsi, maka perlu ketegasan
dari pihak sekolah, contohnya mengundang orangtua murid dan mengeluarkannya
secara baik-baik. Hal ini memang membuat murid tersebut shock berat, akan tetapi ini dapat dijadikan pelajaran bagi murid
yang lain agar tidak berbuat hal serupa dan bagi yang bersangkutan juga dapat
menyesali perbuatan yang telah ia lakukan. Menerima suap dari orangtua murid
tersebut tidak akan mendidik anak, bahkan guru yang bersangkutan.
Ø
Menanggulangi
Masalah Kenakalan Remaja[8]
A. Tindakan Preventif (pencegahan)
·
Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
·
Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami
oleh para remaja.
·
Usaha pembinaan remaja :
- Menguatkan sikap mental remaja
- Memberikan pendidikan mental dan
kepribadian
- Usaha memperbaiki keadaan sosial lingkungan
sekitar.
B. Tindakan Represif (menghalangi)
Usaha menindak pelanggaran norma-norma
sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap
perbuatan pelanggaran.
C. Tindakan Kuratif (pemecahan masalah) dan Rehabilitasi
Tindakan ini dilakukan setelah tindakan
pencegahan lainnya dilaksanakan dan di anggap perlu mengubah tingkah laku si
pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi
melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga
khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari
uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Aborsi
(abortus) atau pengguguran kandungan
dimaksudkan sebagai tindakan untuk mengakhiri kehamilan atau hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, aborsi selalu merujuk kepada
penghentian atau pembunuhan janin yang belum lahir.
2.
Perbuatan
aborsi dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental (psikologi) remaja.
3.
Ketika
remaja telah terjerumus pada perbuatan aborsi, maka perlu ketegasan dan
tindakan khusus dari orangtua maupun sekolah sebagai icon utama yang berperan.
4.
Menanggulangi
masalah kenakalan remaja dapat dilakukan dengan tindakan preventif, tindakan
represif, tindakan kuratif dan rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Dariyo, Agoes. 2011. Psikologi
Perkembangan. Bandung : Refika Aditama
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak (jilid 2). Jakarta : Erlangga
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/genetics/2071366-pengertian-aborsi/#ixzz2FXoPowPM (diakses tanggal 21 Desember
2012 jam 07.30 WIB)
http://www.aborsi.org/resiko.htm (diakses tanggal 24 Desember 2012 jam 16.35 WIB)
Gunarsa, Y. Singgih D. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia