Rabu, 02 Januari 2013

Makalah Komunikasi Antar Pribadi


MAKALAH
Kenakalan Remaja : Aborsi dianggap Solusi
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi semester 3
Dosen Pengampu           :       Hj. Kamila Adnani, M.Si

















Oleh  :
PARTINI
11.12.2.1.026


JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
       Di era globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadi sehingga kadang kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggih dan kian cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga terkena imbasnya. Dalam segala bidang, manusia terus menerus mengalami perubahan karena ilmu pengetahuan terus berkembang sehingga cakrawala berpikir kita makin hari makin maju.
       Namun sebaliknya, imbas dari perkembangan zaman itu sendiri tidak hanya bergerak ke arah positif, tetapi juga menawarkan sisi negatifnya kepada umat manusia karena sebenarnya perkembangan teknologi tersebut seperti pedang bermata dua. Hanya tinggal kita yang diberi akal oleh Allah swt. ini memilih, mau ke arah yang benar atau salah demi mewujudkan keinginan kita.
       Semakin meningkatnya teknologi membuat pergaulan juga semakin berkembang, tidak hanya sekedar bertemu tetapi melalui media komunikasipun sekarang sangat mungkin dilakukan terutama untuk para remaja. Salszman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.[1] Dengan demikian remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan sehingga mudah menerima perubahan-perubahan baru.
       Salah satu contohnya adalah remaja yang melakukan aborsi. Bagaimana hal ini bisa berhubungan dengan kemajuan teknologi? tentu ada, remaja yang melakukan aborsi adalah korban dari meningkatnya teknologi. Remaja bisa terjerumus ke dalam pergaulan bebas hanya gara-gara media internet yang mereka akses, bagaimana ini bisa terjadi? semua terjadi karena rasa keingintahuan mereka tentang hal-hal baru, terutama mereka yang penasaran dengan situs-situs dewasa yang seharusnya tidak mereka konsumsi. Akibatnya  mereka mempraktikannya, contohnya seks bebas hingga akhirnya menyebabkan hamil di luar ikatan pernikahan. Apabila telah terjadi seperti ini tentu seorang remaja tanpa berpikir panjang langsung mengambil keputusan untuk aborsi, karena tidak dapat mereka sangkal bahwasannya mereka belum siap secara mental untuk memiliki momongan, ironinya hal ini mereka anggap sebagai “solusi”. Dan peristiwa ini banyak terjadi pada remaja-remaja kita.
       Sangat disayangkan seorang remaja yang harusnya bisa menjadi penompang masa depan yang gemilang tetapi mereka justru terjerumus kepada hal-hal negatif karena rasa keingintahuan mereka yang belum bisa terkendali. Jadi, harusnya sebagai seorang remaja yang pada hakikatnya mereka sedang dalam masa peralihan, mereka harus mempersiapkan dengan baik apa yang akan mereka capai pada fase berikutnya yaitu dewasa. Apabila dalam masa remaja mereka sudah mampu memilih hidup secara bijaksana maka pada fase dewasa nanti hidupnya akan berjalan dengan bijaksana pula, begitu pula sebaliknya.
B. Rumusan Masalah
      1.            Konflik apa yang menyebabkan aborsi dianggap sebagai solusi oleh remaja?
      2.            Bagaimana minat remaja pada seks?
      3.            Apakah pengertian dari aborsi akibatnya secara psikologi?
      4.            Apa pemecahan masalah (problem solving) terhadap anggapan aborsi sebagai solusi?
C. Tujuan
a)      Memahami akibat dan bahaya aborsi bagi remaja
b)      Mengetahui pemecahan masalah “aborsi dianggap solusi”

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Konflik
       Penulis mengangkat sebuah tema “Aborsi dianggap Solusi” yang diangkat dari sebuah kisah nyata sepasang kekasih yang berinisial CL (perempuan) dengan DR (laki-laki). Mereka adalah siswa SMK kelas IX, salah satu SMK di kabupaten Wonogiri. Konflik ini berawal dari CL dan DR yang menjadi sepasang kekasih dan telah melakukan hubungan seks hingga mengakibatkan CL hamil. DR mengetahui CL hamil saat kandungannya menginjak usia 6 bulan. Sontak DR panik, hingga yang terlintas dalam pikirannya adalah aborsi, selain itu DR juga harus memutar otak untuk berpikir bagaimana bisa mendapatkan uang untuk biaya aborsi. Hingga akhirnya tanpa berpikir panjang DR menelfon orangtuanya yang merantau ke Jakarta meminta uang dengan dalih butuh uang sebesar Rp 12.000.000,00 dengan alasan terjadi kecelakaan ia menabrak seseorang dan harus dioperasi. Tentu saja orangtua DR kaget dan segera mentrasferkan uang sejumlah permintaan DR. Dia juga cari tau dimana rumah sakit yang mau membantu niat aborsi untuk CL.
       Akhirnya DR membawa CL ke rumah sakit X untuk melakukan aborsi, dan niat itu berjalan lancar. DR menyembunyikan kenyataan ini dari semua orang termasuk keluarganya, begitu pula keluarga CL. Kejadian ini akhirnya diketahui keluarga DR saat orangtua DR merasa bersalah kepada korban kecelakaan yang menjadi rekayasa DR dan ingin menjenguknya, sontak DR menolak tetapi orangtuanya memaksa sehingga mau tidak mau DR akhirnya mengatakan yang sejujur-jujurnya dan itu membuat kelurganya shock berat. Lalu terjadilah pertemuan antara orangtua DR dan CL, yang inti dari pertemuan itu adalah orangtua CL tidak rela anaknya diperlakukan seperti itu, akhirnya diambil keputusan bahwa mereka berdua harus menikah, akan tetapi yang menjadi masalah adalah orang tua mereka sepakat anak mereka dinikahkan setelah selesai sekolah karena  mereka sedang di kelas IX jadi tidak mungkin jika melakukan pernikahan. Kemudian karena takut dikeluarkan dari sekolah karena kasus ini, mereka menyuap sekolah tersebut agar tidak membahas masalah ini dimuka umum atau disidangkan di sekolah, intinya agar mereka dapat bersekolah hingga lulus SMK nanti.
       Dari konflik di atas dapat kita cari untuk pemecahan masalahnya antara lain : (a) Bagaimana peran orangtua hingga anak dapat berbuat demikian? (b) Apa sikap sekolah dalam menangani siswanya yang demikian, benarkah dengan menerima suap dapat menyelesaikan masalah siswa? (c) Apa yang seharusnya dilakukan si anak yang terjerumus pada kasus aborsi?
B. Minat Remaja pada Seks
       Dalam perjalanan hidup, ada yang disebut dengan “Tahap-tahap pembentukan kehidupan baru”. Dalam hal ini terdapat empat (4) tahap pembentukan kehidupan baru yakni : (1) masa pacaran, (2) masa pernikahan, (3) kehamilan, (4) melahirkan bayi.[2]
       Yang dimaksud dengan pacaran (dating) ialah kehidupan pasangan antardua individu yang berbeda jenis kelamin yang menjamin hubungan asmara. Dalam pandangan teori segitiga cinta yang dikemukakan oleh Robert Sternberg (dalam Papalia, dkk, 1998), jenis cinta dalam masa pacaran ini didasari oleh unsur nafsu atau pasi (passion) dan intimasi (intimacy).
       Menurut Lauer dan Lauer (2000) ada 5 (lima) fungsi pacaran bagi pasangan kekasih berusia remaja yaitu :
1)      Berusaha saling memahami kepribadian, sifat-sifat dan keinginan pasangan dalam konteks social (social-ization).
2)      Berusaha mencari kecocokan (kesepakatan) pemikiran, pendapat, kehendak maupun cita-cita sebelum menikah (recreation).
3)      Persiapan memilih jodoh untuk memasuki masa pernikahan (mate selection).
4)      Teman bicara yang memiliki hubungan istimewa, akrab dan lebih dekat secara emosional (intimacy and companionship).
5)      Perwujudan sebuah kemampuan prestasi seseorang dalam mencari teman lawan jenis.[3]
       Apabila hubungan pacaran dapat berfungsi secara baik maka akan menghasilkan hubungan yang baik pula, begitu pula sebaliknya. Apabila hubungan pacaran ini  tidak sehat maka akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, misalnya berhubungan seks. Secara psikologi minat pada seks akan meningkat siring bertambahnya usia, terutama pada usia sekolah menengah.
       Ada beberapa faktor pada remaja yang menyebabkan peningkatan minat pada seks seiring bertambahnya usia, antara lain[4] :
§  Tekanan teman sebaya
Merupakan suatu hal yang lumrah untuk mengobrol tentang seks sebagaimana halnya tentang tiap topik lain yang tabu - bila sedang berkumpul dengan anggota gang, jauh dari telinga orang dewasa.
§  Media massa
Semua bentuk media massa menyuguhkan gambar dan informasi tentang seks yang meningkatkan minat remaja, misalnya pertunjukkan film atau televisi “untuk tujuh belas tahun ke atas”
§  Kejadian dalam kehidupan sehari-hari
Saat kelahiran bayi dalam keluarga atau di lingkungan tetangga, membesarnya tubuh wanita selam kehamilan dan begitu seterusnya, semua ikut memperbesar minat pada seks.
§  Tekanan orangtua dan sekolah
Orangtua ang kadang bercerita tentang “fakta-fakta kehidupan” dan tidak boleh menceritakannya pada siapapun akan membuat anak tertarik pada segi kehidupan yang “misterius” dan pendidikan seks di sekolah yang masuk pada mata pelajaran tertentu juga ikut andil memperbesar minat seks pada remaja.
C. Aborsi
a.      Pengertian Aborsi
               Aborsi (abortus) atau pengguguran kandungan dimaksudkan sebagai tindakan untuk mengakhiri kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, aborsi selalu merujuk kepada penghentian atau pembunuhan janin yang belum lahir.[5]
      Aborsi yang disengaja terbagi ke dalam dua macam :
a)      Abortus artificialis therapicus, yakni aborsi dilakukan oleh dokter ahli atas dasar pertimbangan medis, misalnya jika tidak  dilakukan aborsi akan membahayakan ibu.
b)      Abortus provocatus criminalis, yaitu aborsi yang dilakukan tanpa adanya dasar indikasi medis, misalnya meniadakan hasil “hubungan gelap” atau kehamilan yang tidak dikehendaki.
b.      Akibat Aborsi (Abortus provocatus criminalis) secara psikologi
            Proses aborsi bukan saja proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
            Pada dasarnya, seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal sebagai berikut[6] :
      1.            Kehilangan harga diri
      2.            Berteriak-teriak histeris
      3.            Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
      4.            Ingin melakukan bunuh diri
      5.            Mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang
      6.            Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
       Di luar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
D. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
       Dalam menangani masalah tentang remaja yang menganggap aborsi sebagai solusi, konselor dapat memberikan saran antara lain sebagai berikut :
Ø  Remaja yang bersangkutan
            Sebaiknya sebagai remaja harus benar-benar menjaga diri, menjaga dari perbuatan yang benar-benar dilarang oleh agama, dilarang oleh masyarakat dan dilarang oleh negara. Salah satunya adalah perbuatan zina. Sebagaimana firman Allah swt. dlm QS.Al-Israa’ ayat 32 :
Ÿwur (#qç/tø)s? #oTÌh9$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. Zpt±Ås»sù uä!$yur WxÎ6y ÇÌËÈ
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.(QS. Al-Israa’ : 32)
            Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah swt. melarang untuk mendekati zina, mendekati saja dilarang apalagi melakukan zina. Apabila remaja telah pernah melakukan zina, maka harus segera bertaubat dan menghentikan zina tadi, mengingat betapa besar akibat yang ditimbulkan selain mungkin dapat hamil di luar nikah tetapi dapat juga merujuk pada perbuatan aborsi dan itu jelas pembunuhan yang benar-benar dilarang oleh agama.
            Remaja menganggap bahwa melakukan aborsi adalah sebuah solusi karena mereka sedang dalam kondisi penuh tekanan, disamping dia masih bersekolah, ia juga belum siap secara mental untuk hidup berumah tangga, selain itu ia juga harus menyembunyikan aib yang hamil di luar ikatan pernikahan tersebut. Jadi apabila keimanan seseorang itu semakin kuat maka akan semakin kecil risiko remaja untuk berbuat zina.
Ø  Orangtua
            Sebagai orangtua seharusnya menjadi tokoh yang paling tahu tentang si anak, paling tahu tentang apa saja yang dikerjakan si anak, dan bagaimana tingkah laku anak sehari-hari. Walau tidak harus di awasi setiap hari, tetapi perlu pemantauan. Apabila telah terjadi aborsi, peran orangtua adalah sebagai motivator bagi anak agar tidak terlarut pada aib yang ia lakukan, serta menjadi pengawas yang lebih bijaksana lagi dari sebelumnya agar tidak terjadi hal serupa dikemudian hari.
            Peran keluarga sangat penting dalam perkembangan remaja dalam mempersiapkan kedewasaannya, antara lain[7] :
a.       Keluarga dapat memenuhi kebutuhan remaja akan keakraban dan kehangatan yang memang perlu baginya.
b.      Keluarga dapat memupuk kepercayaan diri anak dan perasaan aman untuk dapat berdiri dan bergaul dengan oeang lain.
c.       Supaya remaja dapat belajar berdiri-sendiri baik fisik maupun spirituil dalam arti dapat bertindak sendiri, ia harus mengalami proses ini secara bertahap.
Ø  Sekolah
            Peran sekolah adalah menjadi orangtua kedua setelah orangtua kandung kita, mereka juga sama-sama mendidik kita ke dalam budi pekerti yang baik, tetapi apabila dalam suatu sekolah terdapat murid yang melakukan aborsi, maka perlu ketegasan dari pihak sekolah, contohnya mengundang orangtua murid dan mengeluarkannya secara baik-baik. Hal ini memang membuat murid tersebut shock berat, akan tetapi ini dapat dijadikan pelajaran bagi murid yang lain agar tidak berbuat hal serupa dan bagi yang bersangkutan juga dapat menyesali perbuatan yang telah ia lakukan. Menerima suap dari orangtua murid tersebut tidak akan mendidik anak, bahkan guru yang bersangkutan.
Ø  Menanggulangi Masalah Kenakalan Remaja[8]
A. Tindakan Preventif (pencegahan)
·         Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
·         Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.
·         Usaha pembinaan remaja :
- Menguatkan sikap mental remaja
- Memberikan pendidikan mental dan kepribadian
- Usaha memperbaiki keadaan sosial lingkungan sekitar.
B. Tindakan Represif (menghalangi)
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
C. Tindakan Kuratif (pemecahan masalah) dan Rehabilitasi
Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan di anggap perlu mengubah tingkah laku si pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.








BAB III
PENUTUP

Simpulan
            Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
      1.            Aborsi (abortus) atau pengguguran kandungan dimaksudkan sebagai tindakan untuk mengakhiri kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, aborsi selalu merujuk kepada penghentian atau pembunuhan janin yang belum lahir.
      2.            Perbuatan aborsi dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental (psikologi) remaja.
      3.            Ketika remaja telah terjerumus pada perbuatan aborsi, maka perlu ketegasan dan tindakan khusus dari orangtua maupun sekolah sebagai icon utama yang berperan.
      4.            Menanggulangi masalah kenakalan remaja dapat dilakukan dengan tindakan preventif, tindakan represif, tindakan kuratif dan rehabilitasi.














DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :       PT. Remaja Rosdakarya
Dariyo, Agoes. 2011. Psikologi Perkembangan. Bandung : Refika Aditama
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak (jilid 2). Jakarta : Erlangga

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/genetics/2071366-pengertian-aborsi/#ixzz2FXoPowPM (diakses tanggal 21 Desember 2012 jam 07.30             WIB)
http://www.aborsi.org/resiko.htm (diakses tanggal 24 Desember 2012 jam   16.35 WIB)
Gunarsa, Y. Singgih D. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia


[1] Syamsu Yusuf (2004) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 184
[2] Agoes Dariyo (2011) Psikologi Perkembangan, hlm. 67
[3] ibid., hlm. 68
[4] Elizabet B. Hurlock, Perkembangan Anak (jilid 2), 1978, hlm.135-136
[7] Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, 2009, hlm. 108
[8] Ibid., hlm. 140-146